Selasa, 06 Juli 2010

RANKING 1 DARI ........

Adalah Seorang ibu yang memerah wajahnya dengan gigi gemeletuk setelah berjalan cepat kembali dari sekolah anak keduanya, dengan tangan kiri memegang rapor dan tangan kanan mencekal kuat lengan kecil si anak. Si ibu mendapati nilai rapor si anak tak jauh beda dari semester-semester sebelumnya. Si ibu hampir putus asa dan si anak yang seolah sudah terbiasa berada di posisi paling riskan, dalam hatinya justru lega sekaligus senang karena yang penting, naik kelas. Kelas 4 di sekolah dasar, itu lumayan.
Tak kalah pesimis sang ayah yang katanya terlalu sibuk, menyerahkan urusan si anak pada ibunya. Mata ayah nanar melihat peringkat 35 di rapor, persis sama dengan jumlah anggota kelas, tidak kurang tidak lebih dengan deretan angka 6 sedikit kebawah menjadikan lembaran kertas rapor berwarna biru merah. Ia mencoba menelisik mengira-ngira apa yang jadi pangkal masalah. Ia menatap sianak kedua ternyata pahatan wajahnya pun tak cukup berbakat memiliki daya pikat. Sedikit sadar namun agak malu mengakui anak ini lebih mirip dirinya, dan tak lebih mendekati dua saudaranya yang prestasi dan wajahnya pun membanggakan.
Lalu suara si ibu memecah, "kamu benar-benar anak yang tiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt (lebih baik tak diterjemahkan) membuat malu mama, padahal mama sudah berkali-kali mengajari kamuuuu huh tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt,
kenapa hasilnya masih seperti ini, otaknya dipake' nggaaaaaaaaaaa'??"
Si anak seolah tampak mendengarkan seksama, matanya kerap berkedip namun ekspresi wajah lebih menyiratkan ketakutan dibanding tekad untuk memperbaiki nilai. Ibunya berorasi penuh penjiwaan, bervolume stereo yang gaungnya terasa dekat dikedua telinga.
Si ayah tak kalah sumbang kemarahan, mengeluh berkali-kali, ia pun mulai mengeluarkan kata-kata yang me-label-kan si anak "Dasar kamu anak yang ttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt,
kebanyakan maen bukannya belajar, tidak seperti kakak dan adikmu" ayah serius membandingkan. Si anak masih mendengarkan, alat rekamnya berputar.
Seorang tetangga yang kebetulan berada ditempat kejadian mengingatkan, atau lebih tepatnya memberikan kesaksian, katanya si anak kedua yang ttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit
tt tadi, sangat gemar dan sigap membantu teman. Membuat lawakan dengan tingkah lucu agar temannya tertawa dan senang menjadikannya teman. Ketika seorang gadis kecil temannya itu menangis karena kue yang baru dibelinya jatuh di air genangan dengan sigap ia mengayuh sepedanya menuju tempat membeli kue tersebut, merogoh uang jajan yang cuma segitunya untuk membeli kue yang sama, untuk diberikan kepada gadis kecil yang menangis hingga tersenyum riang.
Pernah suatu ketika si anak melakukan tindakan heroik yang membuat decak kagum teman-temannya. Ia memanjat pohon diketinggian 4 meter, disaat hujan deras, untuk menyelamatkan seekor burung punai yang terlempar dari sarang terkena angin kencang, lalu terjepit tak berdaya diantara cabang pohon. Teman-teman lainnya memperhatikan ditempat yang aman sambil bersorak memberi semangat dan kagum, ia gagah berani.
Seperti mendapat efek kejut si ibu dan ayah yang sebelumnya hampir "mati rasa" karena pesimis akan kemampuan sang anak. Look something on the bright side betapa anak yang ttiiiiiiiiiiiiiiiittt si rangking dari belakang ternyata berhati cemerlang, yang menyadarkan bagaimana seharusnya mereka menerima anak apa adanya dan bahwa kualitas anak bukan semata-mata ditentukan oleh berapa peringkat dan baiknya nilai rapor, tapi kepedulian, "social leader" yang dimiliki si anak sungguh luar biasa!
Sang ayah menatap wajah si anak dengan rasa bangga tak dapat disembunyikan, kali ini dengan penuh pengakuan,....mmmm si anak kedua lebih mirip dirinya........

Senin, 05 Juli 2010

X KAN 0 SAJA

Temanku bercerita tentang temannya yang punya teman. Teman, temannya ini bercerita tentang temannya, begini ceritanya.. Se X lagi judul nya ini, X (baca: kali) kan 0 (baca: nol) saja.

Alkisah ......

Telepon berdering 3 X Aku angkat pertama X. Dari sana mengatakan “hai Marina!” Itu namaku..
Basa basi biasa aja, suara laki-laki disana dan aku kenal dia.

Besoknya sama, telephone berdering 5 X. Aku angkat, ini hari kedua X.
Basa basi biasa saja, suara laki-laki disana dan aku kenal dia, lalu ada suara lain disana setelah si laki-laki, ia sahabatku, menyapaku dengan hangat, bercerita suka cita selalu diahiri dengan kata miss you sis!

Besoknya sama, telephone berdering 5 X masih suara laki-laki disana, jelas aku kenal dia, lalu berganti suara, ia sahabatku, mengatakan suatu saat dia akan berkunjung kerumahku, kami beda kota. Dengan suara ceria, selalu diahiri dengan kata miss you sis!

Telepon berdering berulang X pada hari-hari yang kesekian X. Masih sama, ada cerita sahabatku yang ia ingin aku mendengarnya, selalu diahiri dengan kata miss you sis!

Telepon berdering 1 x, kupastikan sama. Ternyata memang sama, suara laki-laki disana sangat kukenal dia, kali ini bukan basa basi. “Bahasanya” aku tak mengerti. Pembahasannya? Apalagi!

Tak ada sahabatku. Dia suami sahabatku teman sekolahku, memendam cinta padaku, mengatakan ingin menemuiku, dan mengakhiri dengan kata I miss you.
Aku seperti dungu dan aku tergugu lebih mirip orang gagu.

Telepon berdering berulang X pada hari-hari yang kesekian X, kupastikan acuh saja, mungkin sudah bukan sahabatku yang ingin bercerita.

Dalam hati aku sebut sahabatku, I miss you too, sis! Poor you, the man is not become you! Suamimu, bapak anak-anakmu is monster, is bajak laut, is cumi-cumi, is kecoa busuk.
Setelah banyak X telepon berdering, aku mulai menghitung jumlah banyak X dalam hitungan dering telepon dan jutaan rasa percaya diri sang suami sahabatku.
Kesimpulannya, banyak Juta X 0 = 0 saja.

Itulah cerita temannya temanku yang punya teman yang teman temannya ini bercerita tentang temannya yang bernama Marina, yang menceritakan kisahnya kepada temannya itu.

CERITA (CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI)

Mengetahui ia telah ditemukan dalam pencarian yang disengaja melalui Facebook. Aku kembali menoleh kebelakang, merunut kisah romantis yang menyedihkan melingkar berputar mencari letak kesalahan yang menyimpulkan sebab. Mengapa saat ini ia yang bukan menjadi pendampingku kini. Namun jika demikian adanya tentu lain lagi ceritanya.
Ketika menapaki semester pertama menjadi mahasiswa. Bagian episode lama yang sederhana, murni, penuh ekspresi dan luapan emosional, selebihnya peduli dengan genderang harmoni hati yang menyenangkan. Tak berlangsung lama namun yang meninggalkan satu kesan kejadian goresan luka yang membekas. Perlahan masa menggiringku dalam usia yang bijak, memahami penuh pengertian kesalahan lampau yang termaafkan.
Suatu kali ketika kekecewaanku datang pada sosok pria "berwatak" yang mengendalikan seorang perempuan yang berulangkali dianggap tolol. Terpuruk merasa tak berguna, gontai diabaikan. Lalu menyadari kami sedang menjalani ritual hidup tanpa rasa saling menghargai, tanpa rasa saling mencintai.
Seseorang dihadapanku ini, lalu dengan lembut aku yang bersamamu detik ini yang semalam membuat janji bertemu, semudah itu kita, ya hanya berdua saja berada dalam satu perjalanan disebuah bukit berhawa nyaman dengan pemandangan kota berkabut dibawahnya.. Hmm aku seorang Dewi Kebebasan, memuaskan diri menjadi manusia biasa, melepas topeng kemunafikan menjaga sikap untuk sebuah pencitraan.
Seseorang yang bersamaku kini dengan rupa yang sesuai dan gerakan tubuh yang tak menafikkan bahwa dialah orang yang kukenal dulu. Terlihat letih namun senyum tak kuasa menyembunyikan luapan kerinduan, bahwa perjalanan cukup mencapai puluh tahun yang mengantarkan sosok laki-laki cerdas berhidung mancung dihadapanku.
Memutar kembali kisah romansa dan saling menyimak tanpa cemas. Entah kegembiraan apa yang pernah ia alami. Entah kedukaan apa yang pernah ia alami. Namun saat ini adalah ketidaksabaranku menunggu ia mengatakan, ada aku dalam lintasan-lintasan memorinya menjalani waktu.
Ada aku dan dia, menyatukan potongan-potongan cerita lalu dengan beberapa bagian yang hilang. Mengutarakan hal yang klise, membuat lawakan-lawakan kering tapi justru lucu. Ia begitu paham bahwa aku merindukannya.
Dalam hitungan jam yang terlalu cepat. Sinar matahari perlahan hilang. Menyadari kekeliruan yang menyenangkan hanya pada satu hari ini saja. Cerita sang putri dan pangeran usia lewat empatpuluh, bagai adegan roman yang menggurat garis sketsa hitam putih yang kaku. Kelak boleh jadi banyak warna yang mengisi sketsa indah dua insan yang penuh harap disatukan. Harapan teguh dengan penuh keyakinan.
Tak sanggup aku melihat matanya! Tatapannya jauh memburu kedalam. Sesaat setelah kutanyakan, katanya sedang melihat masa depan.
Mobil berhenti ditempat semula kami memulai perjalanan. Kerinduan yang belum sempurna hilang dan suasana yang tak ingin cepat ditinggalkan. Aku membuka pintu mengeluarkan badan yang setengahnya masih berat untuk beranjak. Tanpa menoleh kebelakang, seketika menghilang senyum dari bibirku. Ia melesat pergi.
Kesadaran yang memenjarakan jati diri sesungguhnya, dalam dunia yang sesungguhnya dan ikatan suci sesungguhnya. Untuk melakukan tindakan ini aku tak membutuhkan lagi keberanian karena aku berada dalam kehidupan yang sesungguhnya.

KEADAAN

Ia meletakkanku pada suatu keadaan
Dimana aku tak bisa menahan amarah dan keluhan
Ia menempatkanku didasar daripada yang semestinya
mengantarkan rasa takut bersama isakan sedu sedan
Aku tak pernah bersusah susah untuk melihat keluar
Barangkali banyak hal yang menunggu untuk ditemukan
Andaikan aku berani membuka mataku lebar-lebar...
Aku kuat yang dilemahkan,
Aku besar yang dikerdilkan,
Aku resah yang bungkam.

CANTIK #4

Orang yang cantik, hakekatnya adalah orang yang lupa segala-galanya tentang kecantikan fisiknya namun menyadari bahwa ia harus mengemas kecantikannya itu dalam hal yang lebih baik dalam sikap lahir dan batin. Ketika berkata-kata penuh ke arifan, cerdas dan menyenangkan setiap orang yang mendengarnya. Ketika matanya yang indah hanya melihat kebaikan pada diri setiap orang, yang memandang “kecil” (merasa bukan siapa-siapa) dirinya, namun indah dalam pandangan orang lain. Ketika berbuat baik tidak pernah mengharap sanjungan dan pujian.
“Sebagaimana Rabi’ah al-Adawiah, seorang perawan suci dari Basrah yang legendaries didunia tasawuf. Wajah Rabi’ah mengundang rasa hormat dan kagum kepada siapa saja yang melihatnya. Karena itulah banyak ulama yang ingin berlama-lama tinggal dirumahnya yang menjadikan rumahnya sebagai tempat shalat, bersujud sepanjang malam sebagaimana dilakukan Rabi’ah. Ucapan Rabi’ah bukan saja mengandung daya pikat yang luar biasa dari ruhani setiap insan yang mendengar, tetapi juga banyak menelurkan hikmah-hikmah. Akhlak dan perangainya memberi gambaran yang jelas bagi orang yang ingin memperdalam keyakinan dalam ber Tuhan.
“Derajad orang alim lebih rendah dibanding derajat orang arif. Ia telah mencapai puncak yang teramat tinggi dalam banyak hal. Khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, ketakwaan keikhlasan dan pengabdian kepada Allah.” (Cinta mistik Rabi’ah al-Adawiah, Abdul Mun’im Qandil, Mujadalah 2003)
Kata cantik yang diungkap lewat bibir seorang pria yang diselubungi nafsu, juga bisa menjadi sesuatu yang indah dan jitu untuk melelehkan hati wanita. Apabila seseorang itu memandang wanita dengan penuh rasa gairah, maka sesungguhnya pandangan itu disertai syaitan. Berapa banyak wanita yang pada akhirnya terpedaya setelah pria memujinya.
Namun kata cantik yang di ungkapkan demikian bisa menjadi suatu ancaman bagaikan sedang menghadapi srigala lapar bagi seorang cantik yang bermartabat. Lalu seperti apa seorang cantik yang bernilai mulia tersebut? Berikut sebuah kisah seorang wanita cantik, sebagai bahan renungan;
Dalam Kitab Jawahirul Bukhari mengisahkan Hasan Basri ketika mudanya adalah seorang yang sangat tampan. Dia sangat suka memakai pakaian yang indah-indah dan kegemarannya ialah suka berjalan-jalan dikota Basrah.
Pada suatu hari ketika Hasan Basri sedang berjalan-jalan, dia terpandang seorang wanita yang sangat cantik dan sangat menarik perhatiannya. Hasan Basri mulai mengekori gadis tersebut. Apabila wanita itu merasa ada yang mengikutinya, ia pun menoleh kebelakang dan ia terpandang ada orang mengikutinya. Wanita itu lalu bertanya “Wahai anak muda, adakah kamu tidak malu?” Hasan Basri pun berkata, pada siapa aku harus malu?” Wanita itu lalu berkata, “malulah kepada Allah SWT yang Maha Mengetahui mata yang khianat dan apa-apa yang terdapat dalam hati.”
Hasan Basri tertarik pada wanita itu dan terpendamlah rasa cinta dalam hatinya. Hasan Basri tidak dapat mengawal nafsunya, dia tetap mengikuti wanita itu dari belakang.
Apabila wanita itu melihat Hasan Basri terus mengikutinya, diapun berkata, “Mengapa kamu terus mengikutiku?”
Hasan Basri berkata. “sebenarnya aku terpesona dengan matamu yang cantik itu.”
Ketika wanita itu mendengar kata-kata Hasan Basri, diapun berkata, “Baiklah, oleh karena kamu cintakan mataku ini, maka aku harap kamu tunggu disini, sebentar lagi akan aku berikan kepada kamu yang kamu kehendaki.”
Setelah berkata begitu, wanita itupun pergi. Dalam hati Hasan Basri berkata, “Nampaknya dia telah menerima cintaku.” Maka duduklah Hasan Basri ditempat tersebut menanti kedatangan wanita itu.”
Tidak berapa lama kemudian, datanglah seorang pembantu menghampiri Hasan Basri, sambil memberikan sebuah kotak yang tertutup. Hasan Basri lantas membuka kotak tersebut dan dia sungguh terperanjat apabila melihat dalam kotak itu terdapat sepasang biji mata.
“Tuan Putriku berkata, dia tidak memerlukan mata yang menyebabkan terpesonanya seseorang itu.”
Apabila Hasan Basri mendengar kata-kata pembantu tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuhnya dan berdiri bulu romanya. Dia pun memegang jantungnya dan berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka betul kamu ini, sudah berjanggut tetapi masih tidak merasa malu.”
Setelah Hasan Basri menyadari kesalahannya itu, maka dia pun pulang kerumah dan menangis semalaman karena menyesali perbuatannya itu.
Pada keesokan harinya Hasan Basri pergi kerumah wanita itu untuk meminta maaf dan supaya wanita itu memaafkan kesalahan yang ia lakukan. Begitu ia menghampiri rumah wanita itu, dia terdengar suara tangisan kaum wanita. Hasan Basri pun bertanya kepada mereka dan dia diberitahu bahwa wanita itu telah meninggal dunia.
Hasan Basri tidak dapat menahan kesedihannya, diapun kembali kerumah dan menangis selama tiga hari tiga amalam. Dia benar-benar menyesal akan kesalahannya serta bertaubat kepada Allah untuk tidak lagi menjdi lelaki yang tidak sopan.
Pada malam yang ketiga. Hasan Basri pun bermimpi bertemu dengan wanita tersebut. Wanita itu ditempatkan kedalam surga. Hasan Basri lalu berkata, “Wahai wanita yang cantik jelita, halalkanlah kesalahanku terhadapmu.”
Wanita itu berkata, sesungguhnya aku telah menghalalkan segala-galanya dan aku telah mendapatkan kebaikan yang banyak dari Allah SWT disebabkan kamu.”
Hasan Basri berkata lagi. Berilah kepadaku satu nasehat yang baik”
“Dengarlah nasehatku ini! Apabila kamu dalam keadaan sendirian. Hendaklah kamu berdzikir kepada Allah SWT setiap pagi dan petang, Ber-Istighfarlah, mohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubatlah kepadaNya.”
Akhirnya Hasan Basri melaksanakan segala yang di nasehatkan kepadanya sehingga dia menjadi orang yang masyur dikalangan masyarakat dengan zuhudnya dan taat kepada Allah SWT dan dia mendapat derajat yang tinggi dan mulia disisi Allah SWT serta menjadi wali kekasih Allah.
(“Aku terpesona matamu yang cantik….”-Fauziah Mohamad- Asoib 2008)
Dari kisah tersebut menunjukkan bahwa kecantikan adalah fitnah, bahkan menjadi mara bahaya bagi orang yang memilikinya. Bagaimana dengan kondisi wanita-wanita jahiliyah yang justru banyak pada masa kini? Semoga kita dapat mempercantik diri dengan tidak mengabaikan nilai kecantikan yang hakiki. Karena hakekatnya semua wanita adalah cantik, tinggal seperti apa kita mengemasnya dan mempertanggungjawabkannya kepada sang Maha Cantik. Allah SWT…

Minggu, 04 Juli 2010

CANTIK #3

Seorang yang cantik merasa berwenang untuk bertingkahlaku apapun yang menurutnya pantas. Sedang yang tidak cantik dianggap harus lebih tahu diri. “Uh kayak yang cantik aja…”, atau “dia bertingkah seperti itu, mending kalau cantik….” kira-kira seperti itu ketika seseorang melihat yang kurang cantik bertingkah laku berlebihan. Begitu anggapan seorang teman memandang arti sebuah kecantikan bagi wanita.
Pria mengagumi wanita cantik tentu saja dianggap normal, meskipun pandangan mereka mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mengungkap kata cantik bagi perempuan kepada seseorang perempuan lain juga hal biasa jika baginya hanya sebagai bentuk kekaguman atau paling tidak untuk mendapatkan feedback yang sama. Bukan jadi masalah jika itu merupakan penghargaan suatu bentuk keindahan. Selalu bermakna baik pada suatu niat kebaikan.
Namun tidak menjadi baik jika bentuk pujian kekaguman seseorang ditanggapi berlebihan, oleh sebagian orang yang merasa cantik sebagai tujuan untuk dipuji. Hal ini bisa menjadi suatu cara baginya untuk berwenang melecehkan orang lain yang mengagumi dan mengakui kecantikannya.

Desy seorang yang sangat cantik, berteman dengan Tanti yang kurang cantik.
“Desy, kamu tuh cantik, pakai baju apa saja selalu pantas buatmu dan laki-laki hanya berfokus padamu yang memang sudah cantik.” Ucap Tanti dengan tulus memuji sahabatnya Desy.
Lalu pandangan Desy mengarah ke diri Tanti, matanya memperhatikan kebawah keatas dan berujar,
“Ya tentu saja, aku juga selalu merawat diri tidak seperti kamu yang kucel, awut-awutan begitu, hitam, gendut.”
Dan lagi yang membuat hati Tanti menciut, ujung dari kalimat Desy,
“……..laki-laki mana yang mau mendekat?!”
Entah apa yang ada dibenak Desy. Positif atau negatif kalimat itu akan bisa diterima Tanti? Atau perlu tidaknya kalimat itu diucapkan? Atau sebuah kritikan sebagai alasan motivasi? Atau sejelas-jelasnya sebuah penghinaan? Sulit mencari alasan bijak dari kalimat Desy, kepantasan dirinya yang merasa cantik sudah melukai sahabatnya.
Bagi Desy dia layak dipuji, dia merasa tak perlu mengucapkan terimakasih. Seandainya itu pun dilakukan, tak lebih dari sekedar kesadaran terhadap eksistensi diri sebagai seseorang yang pantas diberi pujian. Kenyataan bahwa Desy sedang menghunuskan pedang yang menusuk hati Tanti, melumpuhkan rasa percaya dirinya jika disisi Desy, karena selamanya dia hanya akan terlihat sebagai seorang pecundang, penjaga sang putri cantik jelita.
Desy terlalu yakin cap cantik melekat abadi pada dirinya yang menampilkan sesuatu dari sisi kepribadian yang buruk dari permukaan kulit mulus dan bentuk fisiknya itu. Dan itu jelas terlihat dari caranya bertutur yang bahkan tidak dengan berfikir.
Kejujuran yang pahit diungkap Desy dengan mengabaikan perasaan Tanti, mengabaikan bentuk penghargaan diri dan penghargaan orang lain terhadap dirinya. Menunjukkan bahwa sebenarnya Desy merasa tidak ‘percaya diri’, karena untuk menjadi cantik dia masih membutuhkan pengakuan meski lawannya tidak sebanding dengannya, sehingga ia memerlukan orang lain untuk meyakinkan dan mengakui dengan penuh penekanan yang benar-benar ingin ia dengar bahwa dirinya memang cantik.
Jika orang yang percaya dirinya cantik, tentu tak perlu lagi membutuhkan pengakuan itu. Dia akan bersikap wajar, rendah hati, menyadari istilah “diatas langit ada langit”. Jika ia cantik tentu ada yang lebih cantik. Tentu tak perlu berbangga hati karena itu akan terlihat dari cara dan tingkah laku yang justru membuat orang merasa ia tak pantas dipuji.
Sesungguhnya disadari atau tidak, tuntutan orang terhadap wanita berparas cantik adalah identik dengan kecantikan sikap, kepribadian diri, bertingkah laku baik dan pintar, karena si cantik yang bodoh akan menghilangkan kualitasnya. Jika tidak memenuhi tuntutan tersebut, orang akan sikap apriopri terhadap dirinya.

CANTIK #2

Secara umum orang menilai arti sebuah kecantikan adalah, berkulit putih bersih, berhidung mancung, dengan deretan gigi geligi yang putih dan rapi, berbibir penuh dan sensual, berambut lebat, modis dan selalu terjaga penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut, kurus langsing. Pandangan mengenai bentuk ‘Cantik’ yang klise namun masih digunakan sampai saat ini.
Pemahaman lain yang mencermati definisi kecantikan adalah;
“Definisi kecantikan lainnya sangat beragam di berbagai wilayah kebudayaan yang berbeda. Dalam budaya Jawa, rambut yang bagus adalah yang ikal "ngandan-ngandan". Eropa zaman pencerahan mencirikan cantik pada kesuburan wanita, karenanya vantik zaman itu identik dengan gemuk, seperti tampak dalam lukisan Monalisa karya Da Vinci. Orang-orang Afrika mengenal konsep cantik, dan pasti bukan berkulit putih.
Kecantikan tersebut secara fundamental menanamkan ‘budaya pemujaan tubuh’ kepada generasi muda kita. Dalam budaya ini, dimensi etis atau ukuran baik-buruk adalah tubuh: baik karena tubuhnya cantik, buruk karena tubuhnya tidak cantik.
Tidak hanya dalam dimensi etis, budaya pemujaan tubuh bahkan menelusup hingga ontologism tentang (being) dengan sebuah pesan utama: keberadaan manusia karena tubuhnya. Model being ini mempunyai jargon filsafat tersendiri: ‘aku cantik maka aku ada’.” (Muzayin Nazarudin-Media , Jurnalisme dan Budaya Popular, 2008)
Berbagai upaya wanita untuk memenuhi dirinya setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali, menyempatkan diri, waktu dan menghabiskan biaya untuk mendukung program pemuasan ini. Semata-mata untuk mencapai bentuk ideal fisik seperti tersebut karena pandangan mengenai bentuk visual yang seperti inilah yang paling disukai.
Ada yang lebih ekstrim mengupayakannya dari mencari jalan pintas dan murah, baik dengan menggunakan suntik silicon atau dengan jampi-jampi transfer aura yang dilakukan oleh beberapa dukun ilmu ‘cantik’ (yang terlihat mereka juga, maaf, kurang menarik), yang gelar ilmu “kedokteran bedah plastiknya” juga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pelanggannya percaya hanya dengan sugesti kira-kira, dosis kira-kira, hasilnya juga dikira-kira, yang disuntikkan pelaku penjual metode cantik instant, bahwa cara ini bisa membuat kulit wajah kencang halus mulus, membuat bibir penuh dan merekah, atau membuat hidung tinggi bangir. Terbukti hasilnya setelah melakukan cara tersebut, bentuk wajah mereka terlihat seragam (bahkan, laki-laki yang memakai cara ini juga, sama). Mencirikan hasil karya rekayasa ditempat produksi yang sama.
Cantik terproyeksikan dalam sebuah imajinasi manusia Barbie. Bahkan anak kecil pun sudah di patronkan bahwa yang disebut cantik adalah seperti Barbie, bagaimana tidak, asesoris Barbie untuk anak kecil paling laku terjual. Karena mereka berlomba-lomba untuk berkhayal cantik seperti Barbie untuk berdampingan dengan pangeran tampan. Konsep cantik sudah mengakar dalam sebuah pencitraan media dan kapitalis untuk mengeruk keuntungan terhadap makna cantik tanpa nilai.
Dalam suatu acara kuis ditelevisi pemilihan pasangan, menampilkan seorang wanita cantik dengan tubuh yang aduhai. Wanita tersebut berpakaian sangat minim, berlenggak lenggok menampilkan kemampuannya untuk memikat hati para pria yang dipersiapkan untuk memilih. Memang itulah tujuan orang-orang diacara tersebut. Dalam hitungan menit wanita tersebut ingin menampilkan semua kelebihan didirinya, karena tuntutan acara harus total membuat pertunjukkan dirinya hebat dan layak untuk diperebutkan. Tontonan ini menjadi asyik dari berbagai persepsi. Namun menurut saya ini lebih lucu dari pada acara lawak. Lalu pria yang ada di situ disuruh menghidupkan lampu tanda memilih. Ternyata semua lampu padam, wanita tersebut kecewa, karena tak ada satupun pria yang memilihnya bahkan dia belum sempat memilih, lalu dengan kecewa wanita itu memberikan pernyataan, “laki-laki yang ada disini akan menyesal karena tidak memilih saya”. Salah satu dan salah dua dari pria disana ditanyakan komentarnya. Kenapa wanita cantik berpakaian minim (disebutnya sexy), menarik dengan kemampuan berjoget seperti itu tidak membuat anda tertarik? Lalu pria tersebut menjawab, “Dia cantik, energik, dan tubuhnya pun aduhai, tapi dia terlalu berlebihan, terutama pakaian yang digunakannya terlalu minim dan ketat, saya cemas kalau dia menjadi milik saya nanti banyak orang yang bisa menikmati tubuhnya, meskipun orang tersebut hanya melihatnya.” saya rasa jawaban itu cukup mewakilkan sosok cantik seperti apa yang diinginkan para pria.
Anak perempuan saya berumur 8 tahun memberi komentar ketika ia menonton acara miss universe di televisi, “cantik-cantik ya pa dan tinggi-tinggi” ada tambahan lagi ”Tapi… pakaiannya tidak bagus.” Kenapa tidak bagus? Kan yang mereka pakai itu pakaian mahal, lihat saja bajunya berkerlap – kerlip?” Suami saya bertanya alasannya menggunakan kata “tapi”.
“Ngga bagus, soalnya bajunya kelihatan keteknye dan kelihatan ‘bla bla nya’…” (dengan lugu ia mengatakan bentuk pakaian tampak depan itu terlalu rendah sehingga hampir terlihat “sesuatu” yang ia akan malu jika melihat atau menggunakannya). Suamiku tersenyum, mengetahui pemahaman gadis kecil seperti itu terhadap penggunaan pakaian yang sopan dan baik, menurutnya. Ternyata cantik dengan pakaian mahal berkerlap-kerlip pula didapati pendapat yang relative, tergantung dari latar belakang pemahaman mengenai arti cantik menarik bagi setiap orang dengan asesoris penunjang yang digunakannya.
Suami saya menyoroti hal lain untuk menyampaikan pesan kepada anak perempuan saya, “Kalau kamu ingin cantik seperti dia, isilah dirimu dengan ilmu pengetahuan karena cantik itu bukan karena wajah saja tapi juga harus pintar, perempuan belum dapat dikatakan cantik apabila dirinya bodoh dan bertingkah laku buruk. Lihat mereka menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tepat, percaya diri, menyentuh hati setiap orang yang menontonnya, dan menguasai bahasa asing dengan baik, karena yang menontonnya orang diseluruh dunia.”
Lalu apa salah kita menjadi atau menginginkan diri sebagai wanita yang cantik? Tentu tidak, karena makna cantik haruslah seimbang dengan menjadi cantik keseluruhan. Mungkin sumber berikut ini bisa menjadi referensi kita dalam memahami makna cantik:
“Cantik merupakan satu yang terpancar dari kepercayaan diri yang telah kita bangun. Mungkin keadaan jasmani kita tidak semolek selebritis, tapi kita pandai memanfaatkan kelebihan yang kita miliki untuk menghalangi orang memandang kekurangan kita, melainkan hanya melihat kelebihan kita saja. Kita begitu percaya diri dengan apa pun yang kita miliki. Mengubah pandangan mengenai Arti cantik yang sesungguhnya. Cantik tanpa percaya diri, maka akan menjadi hambar. Percaya diri walau tidak cantik, maka akan menjadi menarik. Paling sering kita sekarang mendengan Inner beauty yaitu kecantikan yang berasal dari dalam. Sudah jelas bahwa kecantikan memang bukan saja melihat secantik apa wajah kita, seindah apa tubuh kita, tapi kecantikan dari dalam dapat mendongkrak sisi terburuk yang kita miliki.
kecantikan adalah perpaduan dari keindahan lahiriah dan batiniah, keindahan lahiriah tanpa keindahan batiniah akan terasa hambar tetapi keindahan batiniah akan memancarkan keindahan lahiriah. Kecantikan lahiriah akan terasa hambar jika tidak diseimbangi oleh kecantikan batiniah. Kecantikan lahiriah tidaklah abadi.
Cantik dan menjadi perhatian banyak orang, terkenal dan bangga dengan dirinya sendiri. Menjadi cantik apakah selalu diukur dengan keindahan lahiriah saja? Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda dan itu kembali pada sejauh mana orang tersebut menilai arti sebuah kecantikan.
Kita dapat membentuk diri menjadi cantik sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Bentuklah kecantikan sesuatu dengan apa yang kamu inginkan, kalaupun memang benar kamu merasa tidak cantik tapi buatlah diri kamu cantik dengan selalu menjadi orang serasi dalam mempadu-padankan busana, menata diri kamu sebaik mungkin dan jadilah orang yang menyenangkan bagi setiap lingkungan yang kamu datangi.”
Lalu, mulailah membangun diri menjadi “Cantik” yang ber “Nilai Cantik"



Referensi: (http://indari.blogspot.com/2005/08/artikel-remaja-percaya-diri-cantik)

CANTIK #1

Apa yang bisa dibanggakan? Apa pantas bersombong? Cantik hanya sebatas kulit, tulang tertutup daging, tetap saja wajah tidak simetris, hmm bawa kotoran kemana-mana, lalu apa artinya cantik?
Kata "Kamu wanita cantik" adalah nyanyian penghibur, nyanyian tukang sayur supaya sayurnya dibeli, nyanyian penjaja supaya dagangannya diborong, nyanyian anak kecil supaya diberi uang jajan, setidaknya itu menjadi 'sesuatu' meski tidak objektif karena hanya untuk kepentingannya.
Plato berbagi ilmu cantik, "Kecantikan, tidak pernah datang dan tidak pernah pergi, tidak pernah berkembang dan tidak pernah layu, sesuatu yang dalam pandangan siapapun sama (cantik), dimanapun, sekarang dan sampai kapanpun. Kecantikan abadi adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat bentuknya dari wajah, kaki, tangan tubuh dan dari segala sesuatu yang berdaging."
Lalu simak pula resep cantiknya. "Untuk mendapatkan bibir menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan, untuk mendapatkan mata yang indah carilah kebaikan pada diri setiap orang, untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan, untuk mendapatkan tubuh yang indah berjalanlah dengan ilmu pengetahuan..
Kecantikan perempuan tidak terletak pada pakaian yang dikenakan. Bukan pada kehalusan wajah dan bentuk tubuhnya, tetapi pada matanya; cara dia memandang dunia, karena dimatanyalah terletak gerbang menuju kesetiap hati manusia, dimana cinta dapat berkembang..."
Apa masih suka dipuji cantik? Sungguh-sungguh cantik? atau pura-pura menjadi cantik sehingga harus me"lebihkan"?
Apa sungguh-sungguh orang memujimu cantik? Ataukah orang tahu kalau dirimu sangat suka dipuja puji? Waw, kamu sangat cantik!
Tapi alangkah memalukan bila si "Tak Cantik" ini, berpura-pura menjadi cantik, membuatnya sedemikian rupa sehingga lupa merawat cantik jiwanya. Cantik rupanya, busuk hati dan dalam-dalamnya.
Karena "Cantik", sering ia menjadi korban kedengkian kebrutalan dari pelecehan suit-suit penggir jalan sampai pada tindakan tak bermoral yang mengarahkan alasan perbuatan itu pada gara-gara dirimu cantik, benar adanya bahwa jika demikian, cantik adalah malapetaka.
Parahnya "Cantik" sering menbuat perempuan lupa asalnya, tinggi hatinya, rendah moralnya, tak rela jika ada yang lebih cantik darinya.
Mirror-mirror in the world, siapakah yang paling cantik dijagad ini? Dimana batasannya? dan jika ia merasa selama-lamanya. Maka hanya DIA sipemilik kecantikan sejati jagad raya, Maha Cantik. Lalu, apa ada yang bisa menandinginya? Hah, Kamu mau bilang apa??!!!

BETINA

Ia sedang menyibakkan rambutnya,

Ia sedang mengerlingkan matanya,

Ia sedang membusungkan dadanya,

Ia sedang mengendus mangsanya,

Ia sedang menggunakan instingnya,

Ia bernama ..... BETINA

Sabtu, 03 Juli 2010

KALAH MENGALAH

Aku dahaga bersama jiwa yang kering kerontang
Aku basah didera tetesan air mata
Aku membisu membiarkan diam seribu bahasa
Aku gulita bagai pelita hati yang padam
Aku bara dari kemurkaan yang aku ciptakan

Biarkan saja
berlalu seperti udara
dan mengambang bebas kemana suka
Biarkan saja
air laut membentur karang
atau kemana ombak mencari tepi

Aku kembali pada tempatku disini

SEORANG LAIN

Hai selingkuhanku, apa kabarmu?

Oh seorang lainku, kurindu padamu

Hai selingkuhanku, apa kabarmu?

Aku tak menentu, pikiranku kacau

Berbuat ini dosa padaku..

Tapi jika tak kulakukan ini, siksa batinku

Kau energiku, kau tenaga jiwaku, kau betapa istimewa

Berbuat ini dosa padaku

Tapi jika tak kulakukan ini, bisa gila aku

Lalu apa artinya......?

Siksa batinku? Bisa gila aku?

Lalu apa nikmatnya ber-Selingkuh?

DEMI HIDUP DAN KEHIDUPAN

Laksana api yang menghangatkan
Bukan yang membakar
Laksana air yang menyejukkan
Bukan yang menenggelamkan
Laksana angin yang menyegarkan
Bukan yang meluluh lantakkan
Laksana bumi tempat naungan
Bukan sekedar menyimpan jasad

Tempat kita menitipkan nafas
Pada sumber kehidupan, yang …Kokoh dengan sifat dan amanat
Pada sumber kehidupan, yang …Kokoh pada keseimbangan
Jadilah mata kehidupan untuk melihat sebenar-benar melihat,
… dengan menggunakan hati dan fikir

GOOD BYE DEAR

Aku hanya menanti orang yang kosong hatinya karna cinta…
Bagaimana aku terbang dengan sayap yang patah..
Aku akan lelah sama lelahnya menyimpan cinta sekian lama…
Melupakannya sedalam mungkin? Tidak pernah mencari-cari, mengharap-harap, bahkan bermimpi pun?
Lalu bersama waktu ia akan pergi lama, lama, lama dan jauh, jauh, jauh,
Tak terjangkau lagi dengan cara yang seperti itu selalu begitu, Sepi….

AKU SEBUAH BATU

Aku sebuah Batu
Tak bernama lain kecuali hanya Batu,
Yang buruk dan sudah pasti sangat keras
Aku alami dan liar..
Aku dipungut oleh dia yang kusebut si Kepala Batu….
dijalanan terjal diantara gelintiran yang lainnya sepertiku
Aku tertindih dan terhimpit oleh Kepala Batu yang besar,
Tak ada yang menolongku karena aku adalah Batu dan tetap mem-Batu

Aku mendulang rasa kebencian oleh karena sikapku yang prontal, kasar, tak berbudi,
Tapi si Kepala Batu akan suka dengan sikapku karena ia berhasil mendidikku dengan “benar”.
Aku bisa jahat lebih dari yang ia lakukan kepadaku, aku bisa kasar lebih dari sikap kasarnya padaku
Aku penyanggah dari kata-katanya yang merasa benar, aku bertahan karena aku pun merasa benar.
Aku terabaikan maka aku layak mengabaikan
Aku tetap pada pendirian, atau sebinasa apapun kau buat aku,
Aku tak akan bergeming sampai aku yakin dengan pemaksaan yang kuat
Aku produk didikan dari seseorang bernama si Kepala Batu.

Aku menafikan definisi cinta karya pujangga, atau mengartikan makna cinta yang sangat buruk,
Aku mendengar cinta hanya sebuah kata-kata,
Aku tak mengenal cinta dari sikap yang pantas, bagiku tak ada cinta yang layak.
Aku hasil didikan yang mengerikan….
Aku tidak meng-aduh karena sakit, air mataku kupastikan akan habis, hatiku tidak berdegup karena derita, aku tidak merasakan diriku cemas, tidak gelisah, tidak takut, tidak sedih, tidak marah, tidak punya belas kasihan..
Hilang, …aku menghilangkan rasa ku
Aku pribadi yang beku…
Aku semakin terasah dari sebuah sifat dasar yang hanya disukai oleh syaitan
Aku tak akan pergi bukan untuk mengubahnya sesuai kehendak hatiku,
tapi membiarkannya berwenang atas diriku ….
atau sekedar mencicipi “neraka” ini bersama-sama..
Yah aku sebuah Batu dari pecahan lahar panas,
dibawa, disimpan, ditendang dan yang bukan menjadi kemilau karena terasah,
tapi digunakan alat untuk pijakan, melempar dan menyakiti.
Aku menjadi tak berguna, tidak berharga, hanya sesuatu yang mengeras.
Menjadi indah sudah jauh dari harapanku
Aku produk didikan si Kepala Batu.
Dari keadaan yang beku, keras bagaikan Batu

+ USIA

Hentakan masa memutar hitungan hari yang sangat cepat
Setelah terkejut dengan bilangan waktu sejak hari kelahiranku
Hidup tersisa tinggal sedikit
Terserah di ibaratkan apa dan tetap saja jumlahnya banyak
Bergeraklah lebih cepat!
Karena waktu sampai kapanpun tak kan pernah menunggu
Selamat berjuang diriku....
Selamat memaknai arti bersyukur....
Selamat menghisab diri....

BICARA SENDIRI (INTROSPEKSI)

Mengapa harus marah?
Pada dia yang menjadi penyebab,
Karena sesuatu yang ia lakukan…
Karena sesuatu yang ia katakan…
Mengapa harus kecewa?
Karena diri meletakkan kebahagiaan ditangannya
Membiarkan diri menghancurkan kedamaian batin
Mengapa harus sedih?
Seolah ada yang tidak benar dari perilakunya
Apa pantas menjadi juri yang menilai baik buruknya?
Apa sudah menjadi hakim layak memutus perkara?
Diri ini sudah diluar batas!
Merasa paling tak berdosa…
Merasa sangat di dzolimi…
Mengapa harus tak bahagia?
Melumpuhkan diri sendiri
Sibuk mencari kesalahan orang
Mengapa tak membiarkan ia berhak menjadi dirinya sendiri?
Sebagaimana kita berhak menjadi diri sendiri
Mengapa harus memupuskan harapan?
Dengan meletakkan harapan padanya
Mengapa tak mengenal dan menerima ia apa adanya?
Sebagaimana kita ingin diterima apa adanya......

CINTA GILA

Cinta dibuat menjadi buta
Padahal berada dibibir bahaya
Oh … jangan sampai!
Bosan, kecewa….
Kaku dengan apa yang diinginkan
Oh … jangan sampai!
Menjadi naïf dan mudah percaya
Dicampakkan, frustrasi….
Sesudah ditipu lalu merasa bodoh
dan malu setelah apa yang terjadi…
Dimanfaatkan….
Membiarkan perbuatan sekali
Lalu penyesalan seumur hidup
Menikmati kesalahan-kesalahan bodoh
Oh … jangan sampai!

TIDAK

Tidak ada tembok antara aku dan kau
Tidak ada yang menutup rasa sakit
Tidak ada yang menumpahkan emosi
Tidak ada penghalang
Tidak ada yang terkucil
Tidak ada yang mengucilkan
Tidak ada yang diam
Tidak ada yang mencari pelarian
Tidak melewati waktu sendiri
Tidak mudah datang
Tidak mudah pergi
Tidak .... Tidak .... Tidak

AKHIR 2009

12 Desember

Inilah perjalanan hidup
Dan jika esok ku diberi nafas
Sepanjang mataku terbuka
Untuk meneruskannya…
Kuingin berjalan tegak
Menghadapi kesulitan dengan mudah
Kuingin tetap tersenyum
Sepanjang memegang janji Tuhan
Dibalik kesulitan ada kemudahan
Inilah perjalanan hidup
Dan jika esok ku diberi nafas
Mengubah kemalangan menjadi perjuangan
Meringankan hati
Meringankan langkah
Dan selalu merasa beruntung
Kesulitan hanya sebagai perjalanan,
untuk bangkit menemukan ras
a syukur

TOPENG

Prilaku mendorong mengenakan topeng
Untuk menjadi pribadi yang berbeda-beda
Mengunci diri memuntahkan pikiran & isi hati
Terpenjara dalam kesemuan..
Frustrasi...
Padahal telah menciptakan jarak
Memaksa menjadi sempurna
Hey! Jangan terlalu keras memperlakukan diri
Takut di tolak?
Takut terabaikan?
Topeng adalah senjata
Seolah membuat aman
Seakan sebagai pelindung
Untuk tidak disakiti..

CINTA

Cinta adalah....Dukungan tak bersyarat
Dalam susah dan senang

Cinta adalah....Mentolerir kelemahan
Saling memberi energi

Cinta adalah....Aman
Tak takut ditinggalkan
Tak ingin meninggalkan

Cinta adalah....Penguasaan
Cara untuk memiliki
Cara untuk tak ingin dibagi

Cinta adalah....Tak pernah menyesal
Karena tak mungkin diabaikan

Dunia cinta...
Cinta dunia...

Tak ada yang abadi

TABAH

Bagaimana aku tahu merasakan ketabahan?
Jika hidup selamanya menyenangkan.

Ketika ditimpa kesusahan,
Baru kutahu menggunakan ketabahan.

Mungkin aku belum berada pada merasakan kesusahan adalah nikmat

Tapi menggunakan ketabahan disaat kesusahan adalah nikmat

Mungkin aku belum berada pada menghadapi kesulitan itu adalah kecil

Tapi mengecilkan kesulitan adalah kemampuan untuk bangkit

Seringkali bahwa aku berpeluang untuk tabah
Namun kadangkala terlalu lelah untuk menyadarinya

Sesuatu yang akan menjadi baik di akhir cerita
… dan segala yang terburuk pasti berlalu.

CERMIN

Aku tak akan pernah BELAJAR ketika aku tahu aku PINTAR

Aku tak akan pernah KUAT ketika aku tak tahu seperti apa rasanya LEMAH

Aku tak akan pernah BERANI ketika aku tak tahu rasa TAKUT

Aku tak akan pernah MENANG ketika aku tak tahu seperti apa rasanya KALAH

Aku tak akan MEMPERBAIKI DIRI ketika aku tak melihat siapa AKU

Aha! Aku menemukan sesuatu untuk melihat jelas, lebih jelas lagi…

CERMIN…

Cermin besar yang terlihat tembus ke dalam ‘HATI SANUBARI’,
hasrat, nafsu, angkuh, dengki dan emosi…

Ah! Aku menemukan sesuatu di diri yang lebih jelas lagi, ternyata…

Terlalu banyak yang harus aku perbaiki

BERSYUKURLAH

Kenyataannya…

Ketika sesuatu terjadi tidak seperti yang diinginkan
Butuh percaya untuk hasil dari sesuatu itu

Jika mengeluh hujan menjadikan rumah bocor
Ingatlah bagi mereka yang tidak punya rumah untuk berteduh
Dan atau… Bayangkan jika tak turun hujan

Bagi yang terjebak macet
Lihatlah bagi mereka yang lumpuh tak bisa berjalan

Bagi yang bosan dengan pekerjaan ingatlah bagi mereka yang di PHK
Dan atau… Sulit mendapatkan pekerjaan.

Daripada terus bertanya-tanya dan mengeluh
Kendatipun tampak buruk
Selalu untuk kebaikan
Bersyukurlah…

BERHENTI BERTENGKAR

“Baiklah…..begini,
Aku yang diam mendengarkan lalu kau yang bicara
Kau yang diam mendengarkan lalu aku yang bicara.”
“Baiklah…..atau
Aku yang diam atau kau yang berhenti bicara
Kau yang diam atau aku yang berhenti bicara.”
Lalu hening…. Berfikir
“Baiklah…..
Kita bicara dan saling mendengarkan.”
Lelah, Jenuh …. Gemetar
Menggunakan otak untuk memerintah umpatan
Seakan tiada lagi kekuatan untuk menekan pikiran
Bahkan penyebab sudah lama terlupakan…
Namun situasi marah serba kacau, dibiarkan…
Lelah, Jenuh …. Gemetar
Ini lingkaran Setan!
Ini suasana Perang!
Berteriak
Mengatur pertahanan yang cemerlang
Membuat formasi pembungkam
Lelah, Jenuh …. Gemetar
“Ayo kita hentikan diskusi tegangan tinggi ini!”
Berhenti menyerang
Berhenti berdebat
Berhenti bertengkar

INGIN MARAH

Apakah diri pantas mendapatkan rasa sakit?
Apakah diri telah diperlakukan adil?

Aku mengizinkan marahku
Ini marahku,
untuk aku bertahan hidup
Ini marahku,
untuk aku menyelamatkan diri

Dalam prosesnya… Aku pastikan,
Tidak akan memukul besi dengan tangan
Tidak akan menendang batu besar dengan kaki
Tidak akan membentur tembok dengan kepala
Tidak akan menorehkan pisau diurat nadi

Aku mendengarkan marahku dengan penuh
Mengalirkan kata-kata meski tanpa berteriak
Aku marah bagi dia yang pantas menerima kemarahan
Agar tak kubiarkan aku menyakiti diri sendiri

Aku izinkan diriku ber-tekad selesaikan masalah
Aku berfikir untuk mencari jalan keluar
Aku bukan pecundang..
Aku pemegang kendali
Aku menyimpan terlalu banyak energi
Aku tak punya waktu untuk sebuah penyangkalan
Aku terlalu menghormati diriku
Sehingga tak kubiarkan seseorang mengancam kebahagiaanku

Mentalku berlapis baja
Tak mungkin bisa rapuh
Apalagi berandai-andai menjadi kayu lapuk
Aku terlalu sulit dijegal, atau…
Tak akan terbunuh dengan kata tajam belati

Aku tak perlu menciptakan perasaan buruk
Lalu perasaan itu, tak selalu perlu untuk dituruti.
Bukan kuasa seseorang mengendalikan perasaanku
Bukan hak seseorang merampas kebahagiaanku
Aku adalah utuh
Bukan bayangan yang selalu berada disisi gelap

Aku mengizinkan diri untuk memaafkan
Bukan karena aku baik padanya
Karena aku baik pada diriku..
Karena aku berharga
Karena aku bermanfaat

Aku terlalu bahagia
Sehingga aku tak perlu menyembunyikan senyum

HIDUP ITU PILIHAN

Hidup bukan sekedar ….

Boleh atau Tidak Boleh
Suka atau Tidak Suka
Bertato atau Tidak Bertato
Merokok atau Tidak Merokok
Mabuk atau Tidak Mabuk
Mengecat Kuku atau Tidak Mengecat Kuku
Mewarnai Rambut atau Tidak Mewarnai Rambut
Menikah atau Tidak Menikah
Makan Banyak atau Makan Sedikit
Jujur atau Bohong
Pintar atau Bodoh
Rajin atau Malas
Kaya atau Miskin

Hidup hanya dipinjami Nafas
Hidup hanya dipinjami Tempat
Hidup hanya Canda Tawa sesaat
Hidup hanya Duka Lara sebentar

Hidup hanya pada siapa akan ber-Tanggung Jawab
Hidup hanya pada siapa Pemilik-Nya
Hidup hanya pada siapa akan Kembali

Hidup adalah Bagaimana Menggunakan Hidup
Untuk menuju Setelah Hidup….
Itulah sejatinya Keabadian Hidup
Maka, Hidup itu Pilihan

BEGITU SAJA

Untaian hari dengan rangkaian peristiwa bagai naik karusel rusak,

Berputar keatas sedikit lalu kebawah dengan lama,

Berderit-derit karena berkarat,

Merangkak naik dengan sangat perlahan,

Belum sempat berada diatas, sudah harus terjerembab kebawah lagi,

Demikian adanya waktu berlalu

Apa yang ditunggu, kepada siapa berharap...

Tiga dasar sifat lain manusia dengan kepentingan dan kebutuhan hidupnya...

Suka, Tidak Suka, Acuh Tak Acuh, yang terakhir itulah yang paling banyak.

Ah, masih belum berhenti berjuang

AKU SAYANG DIRIKU

Aku ibu bagai diriku
yang mengasihi dengan penuh
Yang menyelimuti dengan do'a
yang menggunakan perasaan
yang meneteskan darah kehidupan dengan ikhlas
yang sabar di-andai sepanjang jarak waktu bumi ke matahari

Aku ayah bagai diriku
yang bijak
yang mengajarkan
yang berfikir rasional
yang pantang mengeluh
yang kuat di-andai sepanjang usia batu diperut bumi

Aku orang tua bagai diriku
yang mencintai bagai diriku sendiri
yang menjadi panutan keturunanku
yang menghargai
yang menghormati
yang tinggal dan menghiasi rumah kehidupanku

Jumat, 02 Juli 2010

ANUGERAH ANAK #2


Ketika suatu waktu aku dihadapkan dengan naluri keibuanku. Pasangan suami istri yang dikaruniai 3 anak mempercayakan anak keduanya yang masih balita untuk kuasuh dan tinggal bersamaku. Aku telah mendapatkan cahaya kepercayaan dari sang ibu yang ikhlas, Kilau mata anak perempuan cantik yang percaya akan dicintai. Kepercayaan Tuhan memberi amanat.
Aku membulatkan keberanian. Niat untuk bersungguh-sungguh. Aku sedia menerima. Walaupun sempat terlintas kekhawatiran. Bagaimana jika aku mendapati bahwa ia payah, sulit, melelahkan, membenciku? Oh Tidak! Ini mudah, ini anugerah!
Aku grogi ketika seorang guru anak asuhku ini mengatakan, “Aisyah, sudah ditunggu mama sambil menunjuk kearahku yang duduk dipojok luar ruang jemput sekolah taman kanak-kanak. Seperti ia yang menemukan cara untuk memanggilku tanpa ragu “mamaaaa”, dia berlari memelukku, sedikit kaku namun ia menyadari aku mulai menyerahkan diriku untuk menyayanginya. Aku membuat sikap wajar tanpa penolakan, ini kesepakatan antara aku dan diriku untuk membagikan kecintaan besarku dan menjadikan diriku bagian dari hidupnya sejak kini. Aku menghela nafas dengan rasa puas.
Kami menghabiskan beberapa sore dan malam hari, ia mulai menularkan hobbinya padaku untuk menyanyi, mewarnai dan bercerita tentang sekolah, teman, kehidupan, Tuhan, flora dan fauna. Menikmati sensasi matahari terbenam dan sekuat tenaga belajar memahami kata-katanya yang tak rapi.
Suatu hari waktu aku menjemputnya disekolah. Dengan piala yang tingginya sedikit lebih rendah darinya ia menunjukkannya padaku, aku terkejut. “Apa ini sayang?” Mataku nanar melihat tulisan tertera dipiala, Pemenang Harapan lomba mewarnai tingkat taman kanak-kanak se-Indonesia. Lalu gurunya memberikan selebaran besar berbahan kertas koran yang menyantumkan deretan nama-nama sekolah peserta dan nama-nama pemenang se-Indonesia. Ada namanya tertera sebagai penerima hadiah dan piala. Tanpa cemburu dengan beberapa peringkat prestasi anak lainnya. Bagiku, ini saja sudah membuatku terkesima. Belum sempat menguasai rasa terkejutku, ibu guru menyerahkan amplop yang berisi beberapa lembar uang sebagai penghargaan, berikut kotak besar berbungkus kertas kado, dan bibirku ingin selalu mengulangi ucapan rasa syukur.
Dihari lain. Ia meronce manik-manik untuk dibuat kalung, gelang dan cincin untuk seukuran sebayanya yang lalu ia jual disekolah dan membagi hasilnya untuk modal dan keuntungan sebagai tabungan dan uang jajan. Its Amazing! Kehadirannya saja sudah menyumbangkan banyak makna. Prestasi ini melebihkanku dengan rasa bangga juga haru.
Hari-hari berwarna, aku telah menemukan style dalam mendidik, lebih banyak mengabaikan mitos bahkan tak terlalu patuh dengan teori-teori cara mendidik anak. Membuat keleluasaan yang longgar dalam berekspresi. Membuat batasan-batasan mengekang dalam hal-hal yang prinsip. Tapi inilah bagiku pelajaran, mengatasi kultur, gaya, cara tiap anak yang berbeda. Tidak ada justifikasi bahwa pola mendidik seperti ini itulah yang paling benar. Setidaknya ini adalah pandanganku yang berbeda dengan aku yang sebelumnya menjadi “Ibu”.
Ketika merindukan ibu, aku mulai berkata-kata sendiri.. Ibu, kini kita sama. Aku bisa merasakan rasa banggamu ketika aku menari dan menerima hadiah juara satu. Ibu, kini kita sama. Aku bisa merasakan gundahmu ketika aku diserang nyamuk malaria. Ibu, aku bisa rasakan panik dan marahmu ketika aku memutar sepeda bermain ditempat yang jauh, pulang ketika senja. Aku juga merasakan gelisah jika ia terlambat kembali dari sekolah, kemana ia bermain, apakah ia aman? Seringkali bayangan kekhawatiran memicu rasa takutku. Namun pilihanku melantunkan do’a dan mengendalikan diri dengan mengatakan “Oke, kamu baik-baik saja, dan ini tidak seperti yang aku bayangkan.”
Kehidupan tidak lagi sedemikian sunyi. Rentetan tuntutan. Negosiasi, dan isi rumah yang semakin kacau tata letaknya. Itulah aku dan si “comel “ satu penghuni rumah yang baru. Sepanjang aku memiliki tangan kecil menggenggam tanganku, melampiaskan tawa renyah yang menggema di sudut rumah. Memiliki profesi yang berubah-ubah selain menjadi anak. Sang pengkritisi cilik yang jujur, konsultan fashion, dokter, perawat, tukang salon, pedagang, pemilik rumah makan. Dirumahku bisa disulap jadi apa saja sesuai imajinasinya. Aku pun rela menjadi pelakon sinetron yang disutradarainya. Praktek, cara dan kata-kata yang baru ia temukan. Selalu berhasil menyimpulkan senyumku atau berlalu diam-diam memendam geli karena tertawa.
Dia, yang mengantarkanku dalam do’a, yang akhirnya kupahami. Do’a khusus untuk orangtua. Bukan semata hanya untuk orangtua biologis yang mengandung dan melahirkan saja. Tapi juga untuk orangtua yang mengasuh dan mendidik sejak ia masih kecil. Inilah sejatinya syukur. Aku semakin tidak cemas.
Bismilahirahmannirahiim.
Rabbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa
Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah dan ibuku serta kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil.
Demikian pula aku yang mengiringinya dalam do’a. Memupuknya dengan rasa bangga bahwa dialah anak paling beruntung didunia yang mempunyai dua ibu dan dua ayah yang senantiasa mendo’akannya. Ini mudah, ini anugerah, Ini rahmat Allah.

ANUGERAH ANAK #1


Virus perasaan hampa yang pernah dialami seluruh makhluk yang bernama manusia didunia, kini sedang menyerangku dan cukup terasa lama perihnya. Keluhan kesepian dan kecemasan melengkapi gejala penyakit ini. Pada satu titik dalam hidup. Ketika membolak balikkan badan, melihat suasana yang belum juga berubah. Membayangkan, memimpikan tangisan bayi yang pecah membuat terjaga atau membuyarkan hal penting, menjadi tak ada yang lebih penting selain merawat seorang kecil berjulukan si buah hati, yang menyambut hangat tangan lenturku lalu dijamin tertidur pulas dalam dekapan yang aman.
Aku tak tahu apakah do’aku bisa sampai ke surga, jika tak ada anak kandung yang mendo’akanku? Aku menciptakan rasa kesepian bahkan rasa putus asa yang selayaknya tak harus kulatih apalagi kuresapi. Keadaan yang membuatku gelisah. Berulangkali men-sugesti diri bahwa aku orang paling bahagia dan penuh rasa syukur. Terkadang cara itu sedikit membantu.
Awal-awal yang membahagiakan sebagai pengantin baru sampai menuju angka 3 tahun perkawinan kami slalu menghibur diri, “ah ini bukan apa-apa. Nikmati saja sebagai masa ‘berpacaran’.” Tatkala waktu beranjak menuju 5 hentakan masa, lima tahun perkawinan, Penghuni rumah ini belum juga bertambah, aku dan suamiku. Aku mulai harus mengendalikan hidupku dari mengatasi kerinduan kala membangun cita-cita di otakku menjadi seorang ibu yang bersedia menghibur hati yang luka, menghangatkan tubuh yang dingin, menggenggam tangan yang gugup, menatap mata yang menyengat ingin dicintai. Terserah padamu Tuhan.
Sejatinya lelah menanggapi pertanyaan demi pertanyaan orang tentang mencari sebab, mengapa, kenapa, ada apa, belum memiliki anak? Seolah kejadian manusia bukan karena campur tangan Tuhan. Aku selalu siap dengan jawaban sebagai senjata pembungkam serta menampilkan diri sebagai seseorang yang pasrah diri dan sabar. Serta merta menata positif fikiranku bahwa suara-suara itu adalah do’a. Sejujurnya pertanyaan-pertanyaan itu menjadi sangat membosankan, tak ingin kudengar, tak ingin kujawab. Kadang malah aku mulai senang dengan pikiran negative tentang itu, jawabanku mulai tak ramah, pertanyaan yang tadinya aku anggap do’a seketika berubah jika aku mulai berhadapan dengan mimik wajah bertanya tak ada solusi atau melancarkan sugesti demi menambah jaringan sehingga terjual produk obat, menyarankan cara alternatif atau menatap dengan khawatir, curiga, atau lebih tepatnya memandang dengan kasihan.
Aku membenci hadir dalam suatu pertemuan sosial yang anti sosial yang malah membuat hariku sial. Bertemu dengan orang-orang yang ingin tahu. Sebagian malah sudah tahu, meng-konfirmasi jawaban sebagai bahan gosip. Nyanyian yang sama didendangkan ditiap-tiap waktu. Setidaknya itu yang aku fikirkan. Suasana ini memang tak nyaman. Aku berburuk sangka, tapi perasaan inilah kenyataannya.
Kalimat-kalimat pembanding seperti, Si A saja yang baru saja menikah sudah “isi” (cara lain mengatakan sudah hamil) skarang ini.
Si B yang nikahnya sesudah kamu, anaknya sudah 3 blablabla.
Lalu ditambah dengan pertanyaan dan pernyataan pelengkap;
Oh mungkin terlalu lelah? Apa haidnya tidak lancar? Ada kista? Miom? Kanker rahim? Tumor? Panu? Kudis? Kurap?
Suaminya sudah diperiksa juga? Spermanya cair? Ejakulasi dini? Berapa usiamu sekarang, usia suamimu? Tahu usia produktif? Tahu usia teman nenek moyangmu? Mmmm To much..
Oh mungkin stress? My God. Sesungguhnya aku lebih stres mendengar kata-kata itu daripada menjalani hidup dengan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Mereka seperti dokter ahli kandungan yang tepat mendiagnosa, atau ahli jiwa yang mengukur kadar kemampuan psikologis seberapa layak kesiapan menjadi orangtua.
Ugh! Untuk apa nyanyian ini ku dengar? Kenapa pula aku harus lari? Toh, referensiku tentang kehidupan, menjalani hidup sebelum mati atau sesudah mati, anak, mengarahkanku pada banyak pemikiran.
Memiliki anak banyak, bukan suatu prestasi. Jika hanya mengandalkan kuantitas anak.
Memiliki anak juga bukan satu-satunya jaminan surga, jika tidak sanggup menjadikannya anak berkualitas dunia akherat.
Bahkan anak hanya titipan Tuhan yang menjadi perhiasan dunia.
Berapa banyak orang-orang yang ingin menikah tapi tak juga mendapatkan pasangannya?
Berapa banyak yang urung menikah karena tak ingin memilik anak?
Berapa banyak pasangan yang ingin berpisah meskipun mereka sudah dikaruniai banyak anak?
Berapa banyak yang tak ingin melahirkan anak yang kehadirannya tak diharapkan karena menutup aib?
Berapa banyak yang menelantarkan anak yang akhirnya tumbuh sama liarnya dan dalam beberapa hal sama ditelantarkannya?
Atau, bagaimana mungkin orang bisa menyimpulkan hidup tanpa dikaruniai anak adalah satu-satunya cara untuk mengantarkan suatu hubungan pernikahan ke gerbang kehancuran, apakah hanya itu satu-satunya penyebab? Padahal beberapa faktor luar ikut ambil bagian.
Lebih baik aku mengitari diri dengan lingkungan yang mendukung. Memasuki rute teknologi, mencari orang-orang pengertian dan baik hati di ruang chat online. Lalu membuang kesulitan-kesulitan emosional sepanjang hidup. Tampaknya ini suatu pemikiran yang menyempitkan rasa cemas dan rasa tak berguna jika dipilih Tuhan sebagai orang yang tidak dikaruniai anak.

NAMAKU MARTIAN

Mmmmmm. Manggut-manggut mengusap dagu..
Suka sekali. Boleh juga nih perempuan mmm
Benar-benar aku tertarik padanya

Hey sebenarnya aku sedang panik
Duh aku tak bisa ungkapkan ini
Achhhhhhh. Bikin stres saja

Huaaahhhhh. Cara menguap yang nyaman..
Merokok sajalah biar terlihat santai
Busungkan dada sedikit biar terlihat macho

Oh tenang saja
Aku bisa jadi payung kalau ada hujan air mata
Meskipun jangan terlalu sering ya!
Atau juga punya dada jika butuh tempat bersandar
Jangan khawatir ditanggung nyaman
Dengan catatan jika aku tak bosan ya!

Aduhhhhhh. Mata dan hidungku mendadak gatal
Kelihatan atau tidak ya kalau aku malu?
Alih-alih saja jurus pura-pura, biar aman..
Kalau terlihat bohong, ah itu gampang
Alihkan saja topik pembicaraan

Eit, jangan ngotot… nanti hubungan selesai!
Aku mudah tergoda dengan yang lain

Menyalahkan, Intimidasi, menyerang, Itu bagianku
Membuat tampak bersalah
Itu benar aku!
Itu sudah jadi caraku, sudah paten

Kalau sudah begini kupercepat saja bicaraku
Toh karena aku ingin dia setuju.
Bicaraku tambah keras.
Wah, dia tak perlu tahu
Jika aku tidak percaya diri menghadapinya
Nah, Kalau dia mengalah berarti aku menang

Hey, kamu tahu aku?
Ah yang benar?
Hmm baiklah.. aku lupa, biar lebih tahu
Perkenalkan, namaku Martian.
Memulai suatu yang baru, rumit tapi menyenangkan...selalu ada kesempatan untuk belajar namun mengalahkan si pemalas amatlah sulit ternyata ia memang ada sebagai pengganggu....