Senin, 05 Juli 2010

CERITA (CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI)

Mengetahui ia telah ditemukan dalam pencarian yang disengaja melalui Facebook. Aku kembali menoleh kebelakang, merunut kisah romantis yang menyedihkan melingkar berputar mencari letak kesalahan yang menyimpulkan sebab. Mengapa saat ini ia yang bukan menjadi pendampingku kini. Namun jika demikian adanya tentu lain lagi ceritanya.
Ketika menapaki semester pertama menjadi mahasiswa. Bagian episode lama yang sederhana, murni, penuh ekspresi dan luapan emosional, selebihnya peduli dengan genderang harmoni hati yang menyenangkan. Tak berlangsung lama namun yang meninggalkan satu kesan kejadian goresan luka yang membekas. Perlahan masa menggiringku dalam usia yang bijak, memahami penuh pengertian kesalahan lampau yang termaafkan.
Suatu kali ketika kekecewaanku datang pada sosok pria "berwatak" yang mengendalikan seorang perempuan yang berulangkali dianggap tolol. Terpuruk merasa tak berguna, gontai diabaikan. Lalu menyadari kami sedang menjalani ritual hidup tanpa rasa saling menghargai, tanpa rasa saling mencintai.
Seseorang dihadapanku ini, lalu dengan lembut aku yang bersamamu detik ini yang semalam membuat janji bertemu, semudah itu kita, ya hanya berdua saja berada dalam satu perjalanan disebuah bukit berhawa nyaman dengan pemandangan kota berkabut dibawahnya.. Hmm aku seorang Dewi Kebebasan, memuaskan diri menjadi manusia biasa, melepas topeng kemunafikan menjaga sikap untuk sebuah pencitraan.
Seseorang yang bersamaku kini dengan rupa yang sesuai dan gerakan tubuh yang tak menafikkan bahwa dialah orang yang kukenal dulu. Terlihat letih namun senyum tak kuasa menyembunyikan luapan kerinduan, bahwa perjalanan cukup mencapai puluh tahun yang mengantarkan sosok laki-laki cerdas berhidung mancung dihadapanku.
Memutar kembali kisah romansa dan saling menyimak tanpa cemas. Entah kegembiraan apa yang pernah ia alami. Entah kedukaan apa yang pernah ia alami. Namun saat ini adalah ketidaksabaranku menunggu ia mengatakan, ada aku dalam lintasan-lintasan memorinya menjalani waktu.
Ada aku dan dia, menyatukan potongan-potongan cerita lalu dengan beberapa bagian yang hilang. Mengutarakan hal yang klise, membuat lawakan-lawakan kering tapi justru lucu. Ia begitu paham bahwa aku merindukannya.
Dalam hitungan jam yang terlalu cepat. Sinar matahari perlahan hilang. Menyadari kekeliruan yang menyenangkan hanya pada satu hari ini saja. Cerita sang putri dan pangeran usia lewat empatpuluh, bagai adegan roman yang menggurat garis sketsa hitam putih yang kaku. Kelak boleh jadi banyak warna yang mengisi sketsa indah dua insan yang penuh harap disatukan. Harapan teguh dengan penuh keyakinan.
Tak sanggup aku melihat matanya! Tatapannya jauh memburu kedalam. Sesaat setelah kutanyakan, katanya sedang melihat masa depan.
Mobil berhenti ditempat semula kami memulai perjalanan. Kerinduan yang belum sempurna hilang dan suasana yang tak ingin cepat ditinggalkan. Aku membuka pintu mengeluarkan badan yang setengahnya masih berat untuk beranjak. Tanpa menoleh kebelakang, seketika menghilang senyum dari bibirku. Ia melesat pergi.
Kesadaran yang memenjarakan jati diri sesungguhnya, dalam dunia yang sesungguhnya dan ikatan suci sesungguhnya. Untuk melakukan tindakan ini aku tak membutuhkan lagi keberanian karena aku berada dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar