Minggu, 04 Juli 2010

CANTIK #2

Secara umum orang menilai arti sebuah kecantikan adalah, berkulit putih bersih, berhidung mancung, dengan deretan gigi geligi yang putih dan rapi, berbibir penuh dan sensual, berambut lebat, modis dan selalu terjaga penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut, kurus langsing. Pandangan mengenai bentuk ‘Cantik’ yang klise namun masih digunakan sampai saat ini.
Pemahaman lain yang mencermati definisi kecantikan adalah;
“Definisi kecantikan lainnya sangat beragam di berbagai wilayah kebudayaan yang berbeda. Dalam budaya Jawa, rambut yang bagus adalah yang ikal "ngandan-ngandan". Eropa zaman pencerahan mencirikan cantik pada kesuburan wanita, karenanya vantik zaman itu identik dengan gemuk, seperti tampak dalam lukisan Monalisa karya Da Vinci. Orang-orang Afrika mengenal konsep cantik, dan pasti bukan berkulit putih.
Kecantikan tersebut secara fundamental menanamkan ‘budaya pemujaan tubuh’ kepada generasi muda kita. Dalam budaya ini, dimensi etis atau ukuran baik-buruk adalah tubuh: baik karena tubuhnya cantik, buruk karena tubuhnya tidak cantik.
Tidak hanya dalam dimensi etis, budaya pemujaan tubuh bahkan menelusup hingga ontologism tentang (being) dengan sebuah pesan utama: keberadaan manusia karena tubuhnya. Model being ini mempunyai jargon filsafat tersendiri: ‘aku cantik maka aku ada’.” (Muzayin Nazarudin-Media , Jurnalisme dan Budaya Popular, 2008)
Berbagai upaya wanita untuk memenuhi dirinya setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali, menyempatkan diri, waktu dan menghabiskan biaya untuk mendukung program pemuasan ini. Semata-mata untuk mencapai bentuk ideal fisik seperti tersebut karena pandangan mengenai bentuk visual yang seperti inilah yang paling disukai.
Ada yang lebih ekstrim mengupayakannya dari mencari jalan pintas dan murah, baik dengan menggunakan suntik silicon atau dengan jampi-jampi transfer aura yang dilakukan oleh beberapa dukun ilmu ‘cantik’ (yang terlihat mereka juga, maaf, kurang menarik), yang gelar ilmu “kedokteran bedah plastiknya” juga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pelanggannya percaya hanya dengan sugesti kira-kira, dosis kira-kira, hasilnya juga dikira-kira, yang disuntikkan pelaku penjual metode cantik instant, bahwa cara ini bisa membuat kulit wajah kencang halus mulus, membuat bibir penuh dan merekah, atau membuat hidung tinggi bangir. Terbukti hasilnya setelah melakukan cara tersebut, bentuk wajah mereka terlihat seragam (bahkan, laki-laki yang memakai cara ini juga, sama). Mencirikan hasil karya rekayasa ditempat produksi yang sama.
Cantik terproyeksikan dalam sebuah imajinasi manusia Barbie. Bahkan anak kecil pun sudah di patronkan bahwa yang disebut cantik adalah seperti Barbie, bagaimana tidak, asesoris Barbie untuk anak kecil paling laku terjual. Karena mereka berlomba-lomba untuk berkhayal cantik seperti Barbie untuk berdampingan dengan pangeran tampan. Konsep cantik sudah mengakar dalam sebuah pencitraan media dan kapitalis untuk mengeruk keuntungan terhadap makna cantik tanpa nilai.
Dalam suatu acara kuis ditelevisi pemilihan pasangan, menampilkan seorang wanita cantik dengan tubuh yang aduhai. Wanita tersebut berpakaian sangat minim, berlenggak lenggok menampilkan kemampuannya untuk memikat hati para pria yang dipersiapkan untuk memilih. Memang itulah tujuan orang-orang diacara tersebut. Dalam hitungan menit wanita tersebut ingin menampilkan semua kelebihan didirinya, karena tuntutan acara harus total membuat pertunjukkan dirinya hebat dan layak untuk diperebutkan. Tontonan ini menjadi asyik dari berbagai persepsi. Namun menurut saya ini lebih lucu dari pada acara lawak. Lalu pria yang ada di situ disuruh menghidupkan lampu tanda memilih. Ternyata semua lampu padam, wanita tersebut kecewa, karena tak ada satupun pria yang memilihnya bahkan dia belum sempat memilih, lalu dengan kecewa wanita itu memberikan pernyataan, “laki-laki yang ada disini akan menyesal karena tidak memilih saya”. Salah satu dan salah dua dari pria disana ditanyakan komentarnya. Kenapa wanita cantik berpakaian minim (disebutnya sexy), menarik dengan kemampuan berjoget seperti itu tidak membuat anda tertarik? Lalu pria tersebut menjawab, “Dia cantik, energik, dan tubuhnya pun aduhai, tapi dia terlalu berlebihan, terutama pakaian yang digunakannya terlalu minim dan ketat, saya cemas kalau dia menjadi milik saya nanti banyak orang yang bisa menikmati tubuhnya, meskipun orang tersebut hanya melihatnya.” saya rasa jawaban itu cukup mewakilkan sosok cantik seperti apa yang diinginkan para pria.
Anak perempuan saya berumur 8 tahun memberi komentar ketika ia menonton acara miss universe di televisi, “cantik-cantik ya pa dan tinggi-tinggi” ada tambahan lagi ”Tapi… pakaiannya tidak bagus.” Kenapa tidak bagus? Kan yang mereka pakai itu pakaian mahal, lihat saja bajunya berkerlap – kerlip?” Suami saya bertanya alasannya menggunakan kata “tapi”.
“Ngga bagus, soalnya bajunya kelihatan keteknye dan kelihatan ‘bla bla nya’…” (dengan lugu ia mengatakan bentuk pakaian tampak depan itu terlalu rendah sehingga hampir terlihat “sesuatu” yang ia akan malu jika melihat atau menggunakannya). Suamiku tersenyum, mengetahui pemahaman gadis kecil seperti itu terhadap penggunaan pakaian yang sopan dan baik, menurutnya. Ternyata cantik dengan pakaian mahal berkerlap-kerlip pula didapati pendapat yang relative, tergantung dari latar belakang pemahaman mengenai arti cantik menarik bagi setiap orang dengan asesoris penunjang yang digunakannya.
Suami saya menyoroti hal lain untuk menyampaikan pesan kepada anak perempuan saya, “Kalau kamu ingin cantik seperti dia, isilah dirimu dengan ilmu pengetahuan karena cantik itu bukan karena wajah saja tapi juga harus pintar, perempuan belum dapat dikatakan cantik apabila dirinya bodoh dan bertingkah laku buruk. Lihat mereka menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tepat, percaya diri, menyentuh hati setiap orang yang menontonnya, dan menguasai bahasa asing dengan baik, karena yang menontonnya orang diseluruh dunia.”
Lalu apa salah kita menjadi atau menginginkan diri sebagai wanita yang cantik? Tentu tidak, karena makna cantik haruslah seimbang dengan menjadi cantik keseluruhan. Mungkin sumber berikut ini bisa menjadi referensi kita dalam memahami makna cantik:
“Cantik merupakan satu yang terpancar dari kepercayaan diri yang telah kita bangun. Mungkin keadaan jasmani kita tidak semolek selebritis, tapi kita pandai memanfaatkan kelebihan yang kita miliki untuk menghalangi orang memandang kekurangan kita, melainkan hanya melihat kelebihan kita saja. Kita begitu percaya diri dengan apa pun yang kita miliki. Mengubah pandangan mengenai Arti cantik yang sesungguhnya. Cantik tanpa percaya diri, maka akan menjadi hambar. Percaya diri walau tidak cantik, maka akan menjadi menarik. Paling sering kita sekarang mendengan Inner beauty yaitu kecantikan yang berasal dari dalam. Sudah jelas bahwa kecantikan memang bukan saja melihat secantik apa wajah kita, seindah apa tubuh kita, tapi kecantikan dari dalam dapat mendongkrak sisi terburuk yang kita miliki.
kecantikan adalah perpaduan dari keindahan lahiriah dan batiniah, keindahan lahiriah tanpa keindahan batiniah akan terasa hambar tetapi keindahan batiniah akan memancarkan keindahan lahiriah. Kecantikan lahiriah akan terasa hambar jika tidak diseimbangi oleh kecantikan batiniah. Kecantikan lahiriah tidaklah abadi.
Cantik dan menjadi perhatian banyak orang, terkenal dan bangga dengan dirinya sendiri. Menjadi cantik apakah selalu diukur dengan keindahan lahiriah saja? Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda dan itu kembali pada sejauh mana orang tersebut menilai arti sebuah kecantikan.
Kita dapat membentuk diri menjadi cantik sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Bentuklah kecantikan sesuatu dengan apa yang kamu inginkan, kalaupun memang benar kamu merasa tidak cantik tapi buatlah diri kamu cantik dengan selalu menjadi orang serasi dalam mempadu-padankan busana, menata diri kamu sebaik mungkin dan jadilah orang yang menyenangkan bagi setiap lingkungan yang kamu datangi.”
Lalu, mulailah membangun diri menjadi “Cantik” yang ber “Nilai Cantik"



Referensi: (http://indari.blogspot.com/2005/08/artikel-remaja-percaya-diri-cantik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar